
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Budidaya
Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang
sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari
budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari
itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini.
Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan
pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah, bahkan saat
ini banyak petani padi, jagung, tembakau maupun peternak yang banting
stir berprofesi menjadi pembudidaya jamur, bahkan membudidayakan jamur
juga banyak diandalkan sebagai pekerjaan sampingan.
Jamur
memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur
tiram misalnya dapat dimasak sebagai campuran sayur sop, jamur krispi
maupun keripik jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan
hidangan utamanya adalah berbahan dasar jamur. Sebagai bahan pengobatan,
jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati
yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat
mencegah penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas.
Kandungan asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan
obat anti tumor, juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi
kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi.
Dengan
banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Budidaya Jamur
termasuk mata kuliah pilihan yang dapat diambil oleh mahasiswa. Dengan
adanya mata kuliah pilihan budidaya jamur ini, diharapkan mahasiswa
dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam
kehidupan manusia dan nantinya dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari.
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus)
yang juga memiliki banyak manfaat. Dalam praktikum ini mahasiswa
dilatih untuk membudidayakan jamur tiram putih melalui berbagai tahap
yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi
log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan
pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman log.
- TUJUAN PRAKTIKUM
- Mengenal spesies jamur yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
- Mempelajari cara-cara membudidayakan jamur yang bermanfaat
- MANFAAT PRAKTIKUM
- Mahasiswa dapat mengetahui beberapa macam spesies jamur yang bermanfaat bagi manusia.
- Mahasiswa mampu berlatih untuk membudidayakan jamur.
- Mahasiswa mampu menguasai cara-cara dalam tahapan budidaya jamur dan menerapkannya di kehidupan nyata.
- Melatih mahasiswa untuk berwirausaha
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pringkuning (2007), menyatakan bahwa ada teknologi yang cukup praktis untuk budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.),
yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi
jamur tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah
yang perlu dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian
atau campuran serbuk gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1
(42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang terbaik. Langkah
kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan
pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut
ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4),
vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar
air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7. Langkah
keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog
polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol
diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas
koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2
jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave
121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95
derajat C. Langkah
keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian.
Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi
bibit asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per
botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21
hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C. Langkah
kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga
tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur
merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras.
Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan
miselium jamur kompak dan merata. Langkah
terakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit
sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari
pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Prawirahardja (2010), menyatakan bahwa di
antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini termasuk dalam kategori
tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna hitam
lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan
diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan
mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading
yang tersusun agak rapat. Disini
terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna
putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm.
Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C. Untuk
melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan.
Hanya masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada
habitatnya ia lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi
proses pertumbuhan. Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban yang
jadi sarat hidup mutlak. Kondisi
lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya
semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di
dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada
alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan
tempat tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya. Namun
penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur
untuk daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk
selalu dalam keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin,
jadi salah satu cara untuk membuat tingkat kelembaban yang cocok.
Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu disiram, karena hanya
faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat
tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh
baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya.
Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk
gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat
sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu
yang keras banyak mengandung selulosa lignin, pentosan, zat ekstakrktif,
dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah
banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat
habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar
komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun
sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah
pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan
miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu
sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan
kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak
ditumbuhi jornur jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur tiram,
maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai
bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung.
Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik,
masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal
atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan
lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan
bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan
protein.
Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem,
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk.
Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak
tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah
sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput
yang menutupi sisi bawah tubuh btah dinamakan velum partiale. Jika tubuh
buah membesar, maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin
(annulus) pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh
buah, membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat
juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi
sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum
partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Menurut
Kistinnah (2010) secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua
cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan
dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk
dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang
tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora.
Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah
yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam
spora aseksual, di antaranya seperti berikut:
- Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
- Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
- Tempat dan Waktu
- Tempat
Praktikum budidaya jamur ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur
- Waktu
Praktikum budidaya jamur dilaksanakan pada mulai dari bulan Oktober 2010 sampai bulan Januari 2011
- Alat dan Bahan Praktikum
- Alat
- Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum steam, kompor minyak, thermometer, selang karburator, dan pompa.
- Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah sekop, plastik terpal, corong, ember, timbangan, dan pengayak.
- Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen), cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
- Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom
- Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap.
- Bahan
Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari hasil pembibitan budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
- Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih
- Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air.
- Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah minyak tanah dan air.
- Pelaksanaan praktikum
- Tahap pencampuran bahan
- Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering.
- Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan :
Serbuk gergaji : 100 kg
Bekatul : 10 kg
Batu kapur/ kalsit : 4 kg
Air : 7 ember (70 liter)
- Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.
- Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan.
- Menutup adonan bahan dengan plastik terpal dan memfermentasikannya selama 3-5 hari.
- Tahap pembuatan log
- Menyiapkan alat dan bahan
- Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log.
- Menimbang bahan seberat 0,9-1 kg.
- Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
- Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.
- Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
- Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.
- Menyumbat cincin jamur dengan kapas.
- Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunaakan kertas dan mengikatnya dengan karet gelang.
- Tahap sterilisasi log
- Memasukkan log pada drum steam
- Menyalakan kompor
- Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
- Mendinginkan log pada tempat yang steril
- Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium
- Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
- Membuka plastik/ kertas yang menutup cincin jamur pada log.
- Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
- Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.
- Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
- Menutup kembali cicncin log dengan kapas.
- Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan
- Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di
tengah masyarakat Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur
merang, jamur kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari.
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram
mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18
macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak
mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Di
alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat
yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur
tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu,
ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur
tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan
baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong
sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk
gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal
penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi
lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan
jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan
jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya.
Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk
media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini
disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak
kondusif.
Pada praktikum yang telah kami lakukan, proses budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat dituliskan dalam bagan di bawah ini:
Persiapan tempat dan pemilihan bahan untuk media tanam
Pencampuran bahan
pembuatan log/loging
fermentasi
sterilisasi
inokulasi
inkubasi/penumbuhan miselium
pemanenan dan penanganan pasca panen
Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik antara lain:
- Air
Kandungan
air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering maka
pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya
apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati.
Penyempurnaan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan
kelembaban.
- Suhu
Suhu
inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara
60-70%. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22ยบ C.
- Kelembaban
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90%.
- Cahaya
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya. - Aerasi
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen (O2) dan Karbon Dioksida (CO2).
Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi
dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
- Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat
keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan jamur
tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh
jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.
pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar