Sabtu, 28 Januari 2012

membuat usaha


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan keanekaragaman hayatinya, Indonesia juga berpotensi sebagai lahan budidaya tanaman Hortikultura  ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan adalah tanaman sawi. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Masa panenpun juga terbilang cukup pendek, setelah 40 hari ditanam sawi sudah dapat dipanen.
            Selain itu sawi merupakan komoditi tanaman yang sangat banyak diminati oleh para konsumen dunia, apalagi oarng-orang yang vegetarian yang tidak suka dengan daging sapi atau ayam hal ini yang membuat sawi berpeluang dalam bisnis, hal ini juga menjadikan keuntungan sendiri bagi para petani sayuran pada umumnya.Tanaman sawi ini merupakan sayuran yang dapat di jadikan beragam jenis makanan sehingga tidak akan bosan untuk mengkonsumsi sayuran yang satu ini dan dapat pula di jadikan pelengkap bagi pengkonsumsi sayuran tersebut seperti di campur dengan mie ayam, bakso atau di jadikan lalapan.Disamping kemudahan dalam proses budidaya juga mudah dalam proses pengolahan menjadi makanan jadi.



1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan pada latar belakang di atas dapat di kita analisis rumusan masalah sebagai berikut yaitu: bagaimana teknis budidaya tanaman sawi dan bagaimana prospek bisnisnya?
1.3 Tujuansa
Tujuan yang hendak di capai dalam pembuatan makalah ini yitu:
Ø  Untuk memenuhi tugas dasar-dasar managemen,
Ø  Agara para pembaca mengetahui cara budidaya tanaman sawi
Ø  Bagaimana  prospek bisnis tanaman sayuran










BAB 2
PEMBAHASAN
BUDIDAYA TANAMAN SAWI
2.1  KLASIFIKASI BOTANI.
Divisi               : Spermatophyta.
Subdivisi         : Angiospermae.
Kelas               : Dicotyledonae.
Ordo                : Rhoeadales (Brassicales)
Famili              : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica Juncea
2.2 JENIS-JENIS SAWI.
            Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.
2.3 SYARAT TUMBUH
            Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
2.4 BUDIDAYA TANAMAN SAWI
            Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
2.4.1. BENIH.
            Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
2.4.2. PENGOLAHAN TANAH.
            Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
2.4.3. PEMBIBITAN.
            Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
2.4.4. PENANAMAN.
            Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
2.4.5. PEMELIHARAAN.
            Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
2.4.6 HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA
Hama yang sering menyerah tanaman sawi dalah sebagai berikut.
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
Untuk penyakit yang menyerang yaitu:
1.      Penyakit akar pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.

2.4.7 PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.

Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.
2.5 PENANAMAN VERTIKULTUR
Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1.      Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2.      Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3.      Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4.      Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
5.      Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.
2.6 PENANAMAN HIDROPONIK.
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :
1.      Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2.      Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
3.       Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.
4.      Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
5.      Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.
2.7. MANFAAT TANAMA SAWI.
            Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

 


BAB III

PROSPEK BISNIS DAN ANEKA KULINER

3.1 Info Bisnis Budidaya Sayur Sawi

            Salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan adalah tanaman sawi. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Masa panenpun juga terbilang cukup pendek, setelah 40 hari ditanam sawi sudah dapat dipanen.
            Selain bisa dibudidayakan di lahan yang luas, sayur juga bisa ditanam menggunakan polybag. Sehingga bisa memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Anda bisa menggunakan polybag yang berukuran 10 cm, kemudian diisi dengan media tanam campuran tanah dan kompos. Lubangi bagian tengah media dengan telunjuk sedalam 1 cm, kemudian masukan bibit ke dalamnya, dan di tutup kembali dengan media. Semprot dengan air, dan lindungi dari sinar matahari secara langsung. 1-3 hari mulai bibit tersebut akan mulai kerkecambah. Jika system budidaya dengan polybag tentunya lahan yang di butuhkan tidak perlu luas dan modal budidaya tentunya telah berkurang, bahkan lahan pekarangan rumah yang sempit bisa dijadikan lahan tempat budidaya.Karena cara budidaya yang mudah dan modal yang tidak terlalu menguras kantong, membuat para pelaku bisnis di bidang pertanian menjadi tertarik untuk berbisnis sayuran sawi tersebut.
            Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy termasuk jenis yang banyak dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi.
            Untuk membudidayakan sawi pakcoy, sebaiknya pilih daerah yang memiliki suhu 15-30° celcius, dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya sawi pakcoy di dataran tinggi dan di dataran rendah juga tidak terlalu berbeda, yaitu meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta proses pemeliharaan tanaman. Berikut kami berikan informasi tahapan budidaya sayur sawi pakcoy yang dapat membantu Anda.
3.1.1.   Kelebihan bisnis

Budidaya sayur sawi yang mudah dan murah serta tidak butuh waktu lama untuk menikmati hasil panen, hanaya butuh waktu 40 hari setelah tanam kita telah bisa menikmati panen dan tanaman ini dapat di tumpang sarikan dengan tanaman lainnya, sehingga memberikan kesan bahawa bisnis di bidang ini sangat menggiurkan.
3.1.2.Kekurangan bisnis

Kendala bisnis sebagian besar para petani belum mendapatkan para pelanggan yang bisa secara rutin membeli hasil panen sesuai dengan harga yang di tawarkan para petani walaupun banyak para pelanggan dan pengepul langsung ke petani, selain itu para petani sering terkendala dengan daerah budidaya seperti di malang tentunay hanay beberapa daerah saja yang bisa di tanami sawi dengan hasil maksimal seperti Batu dan sekitarnya.

3.1.3 Pemasaran

Pemasaran hasil budidaya sayur bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara petani dan pedagang sayur yang ada di pasar-pasar. Sehingga hasil budidaya disetorkan langsung kepada para pedagang sayur di berbagai pasar yang ada kota tersebut. Atau bisa juga memasarkannya dengan menjalin hubungan kerja ke beberapa pelaku bisnis makanan, biasanya mereka mencari bahan baku sayur langsung ke petani untuk memperoleh harga yang lebih murah.

Selain itu biasanya ada pengepul yang membeli hasil budidaya sayur untuk didistribusikan ke luar daerah, jadi pemasaran bisnis Anda semakin luas. Bukan hanya di dalam kota saja, namun juga dipasarkan di kota-kota lainnya.
Jika tanaman sayuran yang di tawarkan adalah sayuran organik maka harga akan 2 kali lipat dari sayuran kimia dan ini bisa di supplay ke supleyer atau restoran dan mall serta took-toko sayuran organic dalm dan luar kota.
3.2 Aneka Kuliner Dari Sawi
1.      Kripik Sawi
Bahan:
  • 1 ikat bayam merah, petik daunnya, cuci bersih, tiriskan
  • 1 buah wortel, bersihkan, iris tipis memanjang
            Bahan Pencelup:
  • 100 gr terigu protein rendah
  • 1 sdt tepung tapioka
  • 1 sdt garam
  • 1/4 sdt lada bubuk, sesuai selera
  • 1/4 sdt ketumbar bubuk
  • 125 ml air
           
Cara Membuat:
  1. Campur semua bahan pencelup, kecuali air, aduk rata.
  2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga agak kental.
  3. Panaskan minyak dalam wajan. Celupkan sayuran ke adonan pencelup, lalu goreng hingga kuning kecoklatan.
  4. Angkat, tiriskan.

2.      Sawi putih Saos Tiram


Bahan yang harus disiapkan
1.      Beberapa lembar sawi putih (sesuai porsi tiap individu)
2.      Sedikit minyak goreng untuk menumis
3.      Bawang putih, iris halus
4.      Beberapa butir bakso olahan, potong kecil
5.      Kecap asin secukupnya
6.      Saos tiram secukupnya
7.      Sedikit gula pasir

Cara membuat:
1. Iris kasar sawi putih
2. Panaskan minyak goreng dalam wajan, tumis bawang putih hingga harum.
3. Masukkan bakso olahan, tumis sebentar.
4. Masukkan sawi putih, aduk. Masukkan saos tiram, kecap asin, gula pasir, aduk.
 Karena sawi putih mempunyai kandungan air yang banyak, maka tidak perlu ditambahkan kaldu atau air ketika memasak sayur ini. Namun, bila Anda menyukai sayur berkuah, kaldu dapat ditambahkan ketika sawi putih dimasukkan ke dalam wajan; lalu masak sampai mendidih. Terakhir masukkan saos tiram, kecap asin, dan gula pasir.
Catatan :
*) Brokoli dan sawi daging juga dapat dimasak dengan cara yang sama. Namun untuk brokoli, rebus dengan air mendidih selama satu menit sebelum dimasukkan dalam wajan untuk ditumis. Atau, brokoli di siram dengan air mendidih.

3.   Soun Goreng Jamur

Bahan-bahan :
  • 200 gr soun , rendam 10 menit, potong 2 bagian
  • 6 bh jamur shitake kering, rendam air panas hingga lunak, iris-iris
  • 100 gr Sawi putih, potong 1 cm
  • 100 gr daging ayam fillet, potong kecil panjang
  • 50 gr udang kupas
  • 2 btr telor ayam
  • 1 lbr daun seledri, potong kasar
  • 1 lbr daun bawang, potong kasar
  • 2 sdm blue band
  • 2 sdm miyak goreng
Bumbu :
  • 4 siung bawang putih, memarkan
  • 1 bks Royco ayam
  • 1 sdm kecap asin
  • 1/2 sdt lada
  • 1 sdt gula pasir
  • 50 ml kaldu / air
  • 1 sdm kecap manis
Cara membuat :
  1. Panaskan blue band dan minyak goreng lalu tumis bawang putih hingga harum, masukkan ayam dan udang masak hingga berubah warna.
  2. Tambahkan Telor, Jamur biarkan sampai matang lalu tambahkan sawi dan semua bumbu.
  3. Tambahkan soun, kaldu , daun bawang seledri aduk hingga rata dan bumbu meresap.
  4. Angkat dan sajikan hangat





















BAB IV
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Usaha pertanian di bidang budidaya tanaman hortikultura khususnya tanaman sayuran sawi sangat baiak sekali untuk di kembangkan di Indonesia yang merupakan daerah tropis yang cocok untuk tanaman tersebut.Selain itu bisnis di bidang pengolahan sayuran cukup jarang di temui di masyarakat Indonesia hal tersebut sangat menguntung para pelaku usaha jika berkeinginan terjun langsung di dunia tersebut. Untuk di olah menjadi makanan yang siap konsumsi, sawi bisa kita buat menjadi berbagai macam olahan seperti kripik sawi dan laian-lain.
5.2 Saran
Menurut saya, usaha tani yang begerak di bidang budidaya tanaman hortikulltura sangat menjanjikan karena usaha ini dapat member kuntungn yang sangat besar dan prospek kedepannya juga sangat cerah mengingat tanaman ini tidak terlalu sulit dala budidaya namun perlu cara yang baik dan ramah lingkungan agar tekhnis budidaya dapat berjalan dengan baik dan lancer serta dapat terus berkesinambungan.


pikiran gue


PENDERITAAN Di NEGERI SENDIRI

Tahun 2010 merupakan awal dari sebuah perubahan yang tentunya di harapkan oleh sebagian besar rakyat di negeri kaya akan sumberdaya alamnya ini harapan akan kesejahteraan rakyat melalui berbagai macam waca dan rencana sehingga rakyat memberikan senyum manis pada para wakilnya yang di tunjuk sebagai pemimpin mulai dari penegakan hukum yang adil telah di usung oleh KPK seakan memperjelas bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam janjinya tersebut pemerataan pendidikan yang telah di gagas sejak awal dengan pemberian dana dari APBD sebesar 20% yang ternyata hanya untuk memberi makan tikus-tikus bangsa yang kelaparan, dengan tamaknya tega memakan uang dari oaring-orang yang tak bersalah yang hanaya ingin pintar lewat jalur pendidikan, kawan-kawan yang ada di Papuan da pedalaman Kalimantan  harus berusaha untuk mencerdaskan diri dengan menyebrangi sebuah sungai dan hutan agar bias belajar dengan teman-teman lainnya, belum lagi masalah penodaan terhadap umat beragama yang melarang beribadah antar agama yang satu dengan yang lainnnya dimna toleransi kita,kebebasan untuk berpendapat para rakyat yang bingung dengan negerinya sendiri juga telah banyak di persulit dan di haling-halangi oleh sang kuasa pembuat hukum.Apalagi masalah korupsi jika saya tulis dalam tulisan yang tak ada arinya ini tentu butuh beberapa rim kertas A4 untuk memprint out nya, yah maklum saja sekrang anak mudanya sudah tidak di percaya lagi, kita lihat saja tahun 2011 lalu ada rekening gendut oleh PNS muda yang seharusnya itu tidak terjadi mengingat pemuda adalah garda depan bagi bangsa tapi ini malah menjadi masalah, aparat penegak hukumpun demikian polisi juga ikut-ikutan dalam korupsi uang haram hasil keringat rakyat yang selalu di peras dari pajak yang mereka bayar pada pemerintah walaupun si Gayus udah di tangkap tapi tetap saja ada gayus-gayus lain yang mencoba mengikuti jejaknya si gayus dengan inovasi-inovasi lain, masalah korupsi memang masalah yang terus mengakar di INDONESIA namun itu adalah sebuah kebiasaan buruk yang berawal dari percobaan orang-orang dari bangsa sendiri danitu pasti bisa di hilangkan memang butuh waktu lama memang dan butuh bantuan semua pihak.

teknologi pengolahan hasil pertanian


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Setelah melalui proses perkuliahan serta memperoleh berbagai macam ilmu, maka perlu dilakukan review mengenai  ilmu tersebut,untuk membekali para mahasiswa sebelum merealisasikannya secara nyata ke dalam lingkungan masyarakat. Hal ini bertujuan agar ilmu yang telah didapat dapat benar-benar teraplikasi.Untuk mencapai tujuan tersebut,maka dilakukan sebuah penuangan dalam kegiatan yang disebut presentasi.
            Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatanperalatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila terjadi jatuh dari suatu tempat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tersebut secara langsung kebutuhan karet juga meningkat dengan sendirinya sesuai kebutuhan manusia.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi.
         Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia.  Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil dari sektor perkebunan terkemuka yang banyak menunjang perekonomian negara.  Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.
Dalam dunia perdagangan karet alam Internasional, Indonesia harus membenahi dua hal untuk menunjang kelancarannya, yaitu pengembangan tehnologi pengolahan karet dan peningkatan promosi dagang karet Indonesia di luar negeri.  Perlunya peningkatan promosi diluar negeri mengingat di Indonesia sendiri terjadi ketidak seimbangan antara produksi yang tinggi dengan kebutuhan karet alam didalam negeri.  Untuk itu, karet alam Indonesia harus lebih banyak berorientasi pada eksport.
1.2 Identifikasi Permasalahan
·         Bagaimana cara pengolahan karet?
·         Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas karet?
·         Apa saja kendala yang dihadapi saat pengolahan karet dan bagaimana solusinya?
1.3 Tujuan
·         Mengetahui cara pengolahan  karet
·         Mengetahui faktor-faktor  yang mempengaruhi kualitas karet yang di hasilkan
·         Mampu memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi saat pengolahan karet





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sekilas perkebunan karet di Indonesia.
Sejarah pernah mencatat bahwa Indonesia pernah mencapai puncak kejayaan pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956, dimana pada saat itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di Dunia.  Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara.
Setelah tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia.  Walaupun demikian, bagi perekonomian Indonesia karet tetap memberi sumbangan yang besar dan masukan yang tak sedikit.
Indonesia kembali menguasai pasaran karet alam Internasional pada era pasca Perang Dunia II.  Kebutuhan karet alam dunia yang besar waktu itu boleh dikatakan sebagian besar dipasok oleh Indonesia.  Hanya saja pada saat itu, pengelolaan kebun karet bisa dikatakan kurang baik dan perluasan perkebunan karet kurang dilakukan, langkah peremajaaan terhadap tanaman karet yang tua pun tidak lagi terpikirkan.  Wajar bila kemudian terjadi penurunan produksi yang diperburuk oleh kondisi situasi politik dalam negeri yang masih kurang stabil pada saat itu. Tahun 1959 – 1960 produksi karet Indonesia mengalami penurunan dan dikalahkan oleh Malaysia
Pada periode 1963 – 1973 perkebunan karet Indonesia mulai membaik kembali, dimana produktifitasnya meningkat.  Hal ini dimungkinkan oleh karena beberapa hal yang dianggap mempengaruhi peningkatan diperhatikan.  Faktor – faktor tersebut antara lain peremajaan, penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, penggunaan pestisida dan zat perangsang tumbuhan. 
Peningkatan  produktifitas kembali terjadi pada tahun 1978.  Perbaikan pada masa ini adalah disamping tetap mempertahankan kondisi pada masa sebelumnya juga diduga karena penerapan pola pengembangan tanaman dengan sistem PIR/NES dimana rakyat turut terlibat, disamping penggunaan klon unggul yang bisa memberikan produksi yang tinggi.
Pada periode 80-an hingga sekarang yang menjadi problem dalam perkaretan adalah mutu yang kurang baik.  Hal ini akan mempengaruhi harga jual karet alam Indonesia dipasaran dunia menjadi lebih rendah.

2.2  Potensi produksi.
Berdasarkan status pengusahaannya, perkebunan karet di Indonesia terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
Ø  Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Ø  Perkebunan Besar Negara (PBN)
Ø  Perkebunan Rakyat  (PR)
Menurut  data Dirjen Perkebunan,  luas areal pertanaman karet dari tahun ke tahun  cenderung mengalami peningkatan.  Peningkatan yang ada cenderung didominasi oleh Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Besar Negara(Tabel terlampir)

Berdasarkan data luas areal, produksi dan Ekspor-Impor komoditi karet di Indonesia tahun 1990 – 2003 menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan baik dari segi luasan areal pertanaman maupun produksinya sehingga dapat dihitung produktifitasnya yang mencapai 0,40 Ton/Ha  pada tahun 1990 dan 0,54 Ton/Ha pada tahun 2003. 
Perkembangan Karet secara Nasional menunjukkan adanya perubahan yang signifikan apabila dibandingkan dengan jumlah baik luasan areal pertanaman maupun  produksi  pada tahun 1985  yang produktifitasnya baru mencapai 0,38 Ton/Ha(Tabel terlampir).
Dengan potensi yang ada, baik luas areal pertanaman Karet maupun produksi yang telah dicapai oleh Indonesia menempatkan negara Indonesia berada pada posisi No.urut kedua setelah Malaysia sebagai negara penghasil Karet di Dunia sebagaimana tabel berikut :
Table 1.Perkembangan Produksi Karet Dunia selang tahun 1985 -1988 (Ribu Ton)
No
Negara Produsen
1984
1985
1986
1987
1988
1
Malaysia
1.531
1.470
1.542
1.577
1.668
2
Indonesia
1.033
1.056
1.113
1.132
1.173
3
Thailand
   629
   726
       0
   830
   859
4
Sri Lanka
   142
   138
       0
   138
   140
5
Vietnam
     55
     52
     60
       0
       0
6
India
   184
   198
       0
   220
     24
7
Cina
   190
   200
   210
   202
   210
8
Filipina
     84
     84
     85
       0
       0
9
Liberia
     76
     81
     86
     90
   119
10
Lain-lain
   184
   200
   178
   192
   223


4.108
4.205
3.274
4.381
4.417
Sumber Data : Statistik Perkebunan Indonesia, 1990
2.3  Morfologi Tanaman Karet
Tanaman Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.  Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m.  Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi.  Dibeberapa kebun karet ada yang condong pertumbuhan tanamannya ke arah utara.  Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan lateks
Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Divisi                 :   Spermatophyta
Subdivisi            :   Angiospermae
Kelas                  :   Dicotyledonae
Ordo                  :   Euphorbiales
Famili                 :   Euphorbiaceae
Genus                :   Hevea
Spesies               :   Hevea brasiliensis
2.4  Kegunaan Latex
Manfaat lateks biasaya di gunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan barang jadi yang terbuat dari karet seperti ban mobil, ban sepeda motor, karet gelang, karet busa, perlak bayi,  karet busa dan sebagai bahan pelapis kain.
2.5  Perbedaan karet alami dan karet sintetis
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum digantikan oleh karet sintetis.yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah: memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahanya mudah, mempunyai daya aus yang tinggi, tidak mudah panas (low heat buikd up), dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabill

BAB III
BAHAN DAN ALAT
3.1 Alat dan Bahan
            3.1.1 Bahan
                        Karet yang sudah di sadap dengan kualitas baik.
            3.1.2 Alat
a.       Alat penyadap, fungsi alat ini yaitu untuk pengeambilan getah karet dari pohonnya. Peralatan sadap menetukan keberhasilan penyadapan.  Semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya.  Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagaimana dalam gambar berikut :
Gambar 2 :
Gbr
3.2 Metode Kerja
            3.2.1 Cara Kerja
            3.2.2 Cara kerja membuat crepe
      Tahapan dalam membuat karet alam/lateks dari kebun menjadi Crepe adalah sebagai berikut :
Ø  Penyaringan dan pengenceran
Setibanya dipabrik, lateks kebun diterima dalam bak pencampur dengan menggunakan tiga buah saringan, karena pembekuan kadang-kadang dilaksanakan dalam bak-bak pencampur.  
Ø  Pembekuan/penggumpalan lateks.
Pembekuan(koagulasi dilakukan dalam bak koagulasi.  Pelaksanaan pembekuan adalah sebagai berikut :
a.       Setelah tahap pengenceran lateks, dilakukan pemberian larutan obat pemutih NaHSO3  5 % sesuai dengan kebutuhan
b.      Bubuhkan obat pembeku, yaitu 20 cc asam semut 2,5% atau asam cuka 5% kemudian aduklah secara perlahan-lahan.
c.       Bila pembekuan dilakukan dalam tangki pembekuan, sekat dipasang dengan jarak 8 cm.  Bekuan dibiarkan selama ± 1 hari tetapi harus ditutup dan ditambahkan air.  Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar warna koagulum tetap baik.
d.      Bila pembekuan dilakukan dalam bak pencampuran, sebelum dilaksanakan penggilingan, koagulum harus dipotong-potong lebih dahulu untuk memudahkan pelaksanaan penggilingan.
e.       Cara lain untuk mendapatkan lateks mutu creepe adalah dengan menggunakan bahan pemutih yang disebut RPA-3 (Rubbea Peptaring Agent no. 3). 
Ø  Penggilingan
Satu seri mesin gilingan creepe terdiri atas 3 -5 buah gilingan/kilang, yang dapat dibedakan menjadi tiga macam gilingan, yaitu :
1.      Gilingan pendahuluan (voorwerker) menghasilkan lembaran creepe dengan ketebalan 7 – 10 mm
2.      Gilingan menegah (Tussenwerker) menghasilkan lembaran creepe dengan hasil yang lebih tipis dari hasil gilingan pendahuluan.
3.      Gilingan akhir (Finisher) menghasilkan lembaran creepe dengan ketebalan 0,57 – 1,57 mm.
Setelah diperoleh creepe basah, creepe tersebut digantungkan selama beberapa jam dan selanjutnya diangkat ketempat pengeringan.
Ø  Pengeringan
Cara pengeringan Creepe ada dua macam, yaitu :
a.       Pengeringan alami (dengan panas udara biasa).  Cara ini memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar satu bulan, tergantung pada cuaca/iklim.
b.      Pengeringan dengan pemanasan buatan.  Suhu udara yang dibutuhkan pada cara ini adalah 33ºC - 34ºC.  Untuk pengeringan buatan dengan menggunakan sistem diatas, suhu ruangan diatur sebagai berikut :
Hari  ke-1  :  Suhu ruangan 30ºC
Hari  ke-2  :  Suhu ruangan 31ºC
Hari  ke-3  :  Suhu ruangan 32ºC
Hari  ke-4  :  Suhu ruangan 33ºC
Hari  ke-5  :  Suhu ruangan 34ºC
Hari  ke-6  :  Suhu ruangan 35ºC
Udara panas yang dihasilkan melalui salah satu dari ke-empat sistem tersebut diatas, dialirkan kedalam ruangan pengringan melalui pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memanasi ruangan dengan baik.  Cara pengeringan ini memakan waktu sekitar 6 – 7 hari.
Adapun tanda-tanda Creepe yang telah kering diantaranya tidak terdapat bintik-bintik keputih-putihan dan bila di tes kadar airnya telah mencapai rata-rata 0,6% (0,35 % - 1,00 %).
Ø  Sortasi.
Pada langkah sortasi, noda-noda kotoran yang terdapat pada lembaran creepe digunting dan bekas guntingan dirapatkan kembali.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sortasi  creepe adalah warna, noda-noda kotoran, tanda-tanda oksidasi dan belang-belang serta bintik-bintik atau garis-garis.
Ø  Pembungkusan
Pembungkusan Creepe dilakukan dengan menjadikan lembaran-lembaran Creepe tersebut menjadi bandela-bandela berbentuk kubus berukuran 52 cm x 52 cm x 52 cm dengan berat 80 Kg. 
Dibagian luar bandela doberi warna dengan memakai larutan Coating Talk (dilabur), kemudian diberi merk dan cap kiriman.
Produk Creepe terdiri dari :
a.       Thin Pale Crepe.
Berupa lembaran Creepe yang tipis berwarna kuning muda dengan tebal antara 1,0 – 1,7 mm.  Produk Creepe ini  berasal dari bahan baku lateks dan secara umum Thin Pale Creepe inilah yang disebut Krep.
b.      Thin Brown Creepe
Warnanya Kuning kecoklatan berasal dari bahan baku karet mutu rendah  seperti  screp, lump, busa dan sebagainya.   Tebal lembaran 1,5 – 2,0 mm
c.       Sole Creepe merupakan jenis krep yang licin dan rata, berwarna muda yang dikemap(dipres) menjadi lembaran-lembaran yang tebalnya berkisar antara 3,2 – 6,4 mm
             Bagan Alir Pengolahan Creepe terlampir.









3.2.2    Diagrama alir

Latek alam yang telah di dapat di saring dengan lump gumpal dan buasa lalu di salurkan ke bak penerima setelah di saring lalu karet di gumpalkan berbentuk koagulum, setelah itu di lakukan penggilingan dan pengeringan  karet setelah kering karet di sortasi agar mendapatkan rep yang kualitas baik, setelah didapat krep baku 20% dan siap untuk di kemas.
Sisas-sisa dalam cup dan ember di cuci dengan air pencuci, untuk proses yang lainnya.








BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Pengolahan Air Limbah
Dalam industri pengolahan karet, Air digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat-alat yang digunakan serta mendinginkan mesin-mesin.  Sisa air yang digunakan akan dikeluarkan dalam bentuk limbah..
Pengolahan air limbah lateks pusingan antara lain dilakukan dengan sistem kolam anaerob/aerob, Oxidation ditch, anaerobic filter dan rotating biodisc.
Tahapan pengolahan limbah dengan sistem anaerob/aerob adalah sebagai berikut  : Air limbah karet ditampung dalam kolam yang terbagi atas dua, yaitu Kolam pertama untuk  proses anaerob dan kolam kedua  untuk proses aerob.  Kedua kolam ini dimaksudkan untuk mengurangi nilai BOD selang waktu tertentu.
Pada Pengolahan Sheet dan Crumb Rubber, ada dua macam limbah, yaitu :
@ Serum sebagai hasil penggumpalan lateks.  Pada limbah ini tidak ada pelakuan hanya langsung dibuang karena relatif bebas dari butir butir karet.
@ Lateks yang sangat encer dikelola dengan cara pengumpalan.  Bahan penggumpal yang sering digunakan adalah Bockom LAWT-60/Busan

B.     Pemanfaatan Limbah Karet
Air limbah karet lateks pusingan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman setelah diolah.  Unsur-unsur yang ada dalam limbah karet yang merupakan unsur yang dibutuhkan sebagai pupuk bagi tanaman karet itu sendiri  berdasarkan hasil penelitian adalah N, P, K dan Mg.
Pemanfaatan limbah karet sisa pengolahan Sheet dan Crumb Rubber berupa gumpalan lateks merupakan tambahan bahan olahan, karena masih memiliki kadar karet kering.

C.   Manajemen Pengolahan Karet Alam
Ribbed Smoked Sheets (RSS)
Ada banyak cara pengolahan karet untuk di jadikan sebagai bahan olahan antara lan:
Ø  Penerimaan Lateks Kebun
Lateks Kebun yang sampai dipabrik ditimbang dan ditentukan kadar karet kering (KKK).  Cara penentuan KKK dapat dilakukan dengan jalan mengambil contoh lateks sebanyak 50 – 100 ml dan dimasukkan dalam mangkuk, lalu ditambahkan 10 – 20 ml larutan asam format 1% dan apabila pembekuannya lambat dapat dipercepat dengan sedikit pemanasan.  Hasil pembekuannya digiling dengan gilingan tangan sampai diperoleh lembaran kertas tipis.  Lembaran tersebut kemudian dikeringkan dengan cara  diangin-anginkan  sampai  bagian  luarnya  kering,  lalu  ditimbang (a gram).  Lembaran tersebut dikeringkan lagi dalam oven sampai kering dan  ditimbang (b gram).  Setelah itu ditentukan faktor pengeringnya, yaitu :
                                    Berat basah (a) – Berat kering (b)
            Faktor Pengering  =  -----------------------------------------  x  100 %
                                                                      Berat basah (a)

Faktor pengering umumnya berkisar 20 % dan perhitungan KKK adalah sebagai berikut :

           KKK   =    (Berat basah – faktor pengering x berat basah) x  100 %

Penentuan Kadar Karet Kering dimaksudkan untuk :
ü  Penentuan upah penyadapan lateks
ü  Penentuan jumlah air yang diperlukan untuk pengenceran
Ø  Pengenceran Lateks
Sebelum ditimbang, lateks dikumpulkan dan disaring denga saringan (diameter 2 mm) kemudian disaring lagi dengan saringan 15 mesh (diameter 1 mm) dan terakhir dengan saringan yang berukuran 23 mesh (0,6 mm).  Setelah disaring lateks diencerkan dengan tujuan untuk penyeragaman KKK, memudahkan penyaringan dan menghilangkan gelembung  udara yang dapat menurunkan mutu Sheet
Untuk pembuatan RSS, lateks diencerkan sampai KKK mencapai 15 %.  Penentuan jumlah air yang dibutuhkan untuk pengenceran lateks kebun menjadi lateks encer dengan KKK tertentu adalah :
                         Kk      KE
            AT  =  --------------   x   N liter
                                           KE
Catatan :   AT   =    Jumlah liter air yang ditambahkan
                 KK   =   KKK Lateks kebun
                 KE    =   KKK Lateks yang dikehendaki
                 N      =   Jumlah liter lateks yang diencerkan

Tabel 2 kandungan air dalam lateks
Tabel air, KKK
Ø  Penggumpalan (Koagulasi)
Lateks kebun yang telah diencerkan menjadi KKK 15 % dimasukkan dalam tangki/bejana koagulasi.  Sebelum dimasukkan, disaring dahulu dengan saringan supaya kotoran halus dapat terbuang.  Untuk pembekuan lateks dapat dipakai larutan asam formiat 1 % atau larutan asam asetat 2 %.
Adapun tangki koagulasi adalah sebagaimana gambar berikut ini :
Tangki Koagulasi
Ø  Penggilingan
Setelah diperoleh lembaran koagulum yg tebal berkisar antara 3 – 4 cm
Dan basah, selanjutnya dilakukan penggilingan yang tujuannya untuk mengeluarkan sebagian air dengan pengepresan(tekanan) yang akan mempercepat pengeringan, memperluas pemukaan sheet dengan menipiskan dan menyeragamkan mutu.  Gambar mesin penggilingan sebagai berikut  :

Mesin Giling

Ø  Pengasapan
Lembaran heet yang basah setelah digantungkan masih mengandung air lebih kurang 25 % dan zat lain sebagai penyebab kerusakan selama penyimpanan, sehingga perlu dilakukan pengasapan dan pengeringan.
Tujuan pengasapan dan pengeringan sheet adalah untuk mengawetkan sheet agar tahan lama disimpan dengan menggunakan asap yang mengandung Phenol untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, mengeringkan sheet dengan panas dari kayu bakar sehingga tidak amba dan memberi warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya meningkat.
Adapun cara pengasapan dan pengeringan adalah sebagai berikut :
§  Hari pertama, suhu ruang diatur antara 40°C - 50°C dengan asap yang banyak dan ventilasi yang cukup.
§  Hari kedua suhu masih tetap dan asap dikurangi sampai 50%
§  Hari ke tiga suhu 50°C - 55°C dgn ventilasi dan jumlah asap menjadi ¼ dari hari pertama
§  Hari keempat, suhu 50°C - 55°C dan bila belum kering suhu dapat ditingkatkan menjadi 55°C - 60°C dengan jumlah ventilasi serendah mungkin.
Pengasapan Sheet

Ø  Sortasi
Setelah melalui pengasapan dan pengeringan, lembaran-lembaran RSS atau Sheet   ditimbang untuk mengetahui berat hasil akhir pengolahannya.  Berat yang diperoleh tidak boleh berbeda besar dengan taksiran yang telah diperhitungkan pada saat memperoleh hasil lateks.  Pelaksanaan sortasi dimaksudkan untuk memisahkan lembaran-lembaran sheet berdasarkan tingkat (Grade) kualitasnya.
Sortasi

Berdasarkan Green Book atau The International Standart of Quality and Packing For Natural Rubber Grades yang dikeluarkan oleh The International Rubber Quality and Packing Conference   yang terbaru menetapkan beberapa grade jenis Sheet, yaitu :

·         No. 1-XRSS (Superior Quality Ribbed Smoked Sheet)
ü  Tidak mengandung jamur
ü  Kering, kuat dan utuh
ü  Warna pengasapan merata, tidak terdapat bintik-bintik karat, lepuh-lepuh atau benda-benda asing lainnya
·         No. 1 RSS(Standar Quality Ribbed Smoked Sheet)
ü  Tidak mengandung jamur
ü  Bersih,  kering, kuat, baik, tidak mangandung cacat karena karat
ü  Besarnya gelembung udara tidak boleh melewati besarnya kepala jarum

·         No. 2 RSS(Good Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet)
ü  Karat atau jamur yang ada pada lembaran pembungkus, kulit luar bandela dan sheet yang ada tidak melebihi jumlah 5 % dari jumlah bandela yang diserahkan dalam suatu kontrak penyerahan.
ü  Adapun syarat syarat lainnya sama seperti pada No.1-XRSS dan No.1-RSS
·         No. 3 RSS (Fair Evarage Quality Ribbed Smoked Sheet)
ü  Persyaratan sama seperti dengan No.2 RSS tetapi dengan persentase tidak melebihi 10 %.
ü  Syarat lembaran sheetnya : terdapat cacat warna sedikit, gelembung udara kecil-kecil dan noda-noda kecil masih dapat ditoleransi.
ü  Kering, kuat tetapi tidak mengandung lepuh-lepuh atau benda-benda asing lainnya.
·         No. 4 RSS (Low Fair Evarage Quality Ribbed Smoked Sheet)
ü  Persyaratan sama seperti No.3 RSS tetapi dengan presentasi tidak melebihi 20 % dari persyaratan pada No. 3 RSS.
ü  Syarat lembaran sheet adalah dalam batas tertentu masih diijinkan adanya karat, bintik-bintik, gelembung udara, warna lebih gelap(kelebihan mengasap), agak rekat dan kurang kering.
ü  Tidak boleh ada karet yag lembek, bintik atau garis-garis yang disebabkan oleh oleh panas atau oksidasi.


Ø  Pengepakan
Setelah tahap sortasi, langkah selanjutnya adalah pengepakan atau pembungkusan.  Peti pengepakan berukuran 56 cm x 46 cm x 78 cm yang tebuat dari kayu dan pada sisi-sisinya dapat dipasang atau dilepas.  Sebelum dilakukan pengepresan, setiap bandela ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki.
Bandela sheet
Gambar tersebut diatas merupakan bandela yang  mempunyai berat antara 224 – 250 lbs.  Untuk  bandela dengan grade X-RSS, RSS-1 dan RSS-2 pada kulit luarnya  dilumuri tepung agar tidak saling melekat.  Sisi luar bandela  dilumuri dengan larutan kimia yang disebut The Official Bale Coating Solution (Bagan alir Pengolahan Sheet terlampir)
     Crumb Rubber
Crumb Rubber (Karet Remah) adalah karet bongkah yang terbuat melalui pembutiran karet alam, dalam proses ini karet mentah(koaguan, lateks, karet mutu rendah dihancurkan menjadi butiran karet dengan mesin pemotong.  Kemudia diproses menjadi bongkah dan dibungkus dengan plastik polietilen.
Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan Crumb Rubber dengan bahan baku lateks, yaitu
Ø  Penerimaan dan penyaringan lateks yang dilakukan dalam bak atau tangki
Ø  Penggumpalan dilakukan dalam bak atau tangki sehingga menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum.  Sebagai penggumpal adalah 1 % asam formiat dan ditambah 0,05% Natrium-bisulfit
Ø  Pembutiran yang diawali dengan melakukan pemotongan  koagulum.
Ø  Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering yang sebelumnya dicuci terlebih dahulu.  Hasil akhir dari Crumb Rubber didinginkan sebelum dikemas.  Agar bandela berbentuk kecil dan seragam maka bandela perlu dikempa.  Berat yang ditetapkan untuk tiap bandela adalah 33 1/3 kg.
Ø  Setelah dikempa, bongkahan dibungkus dengan dengan lembaran plastik polyethylen dengan ketebalan 0,03 mm, titik cair 108°C dan berat jenisnya 0,92.  Bungkus ini disertai dengan tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR dan Pabrik yang memproduksinya.(Bagan Alir Pengolahan Crumb Rubber terlampir)

B.     Latek Pekat
Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dengan serum.  Ada dua macam lateks pekat yang biasa dijual dipasaran, yaitu :
1.      Creamed Latex atau di Indonesia dikenal dengan nama latek Dadih
2.      Centrifuged Latex atau disebut lateks pusingan
Untuk mempertahankan kesegaran lateks yang akan dibuat lateks pekat perlu ditambahkan zat antikoagulan dan bila terjadi prakoagulasi  maka dapat digunakan Amonia dengan dosis 10 ml  7,5 % untuk setiap liter lateks.
Adapun tahap pengolahan masing-masing jenis lateks pekat adalah sebagai berikut :
·         Pengolahan Creamed Latex
@ Getah yang sudah disadap dibawa ke tempat pengolahan didalam tangki dan ditambahkan gas amonia sebanyak 4 -7 gr/ltr lateks
@ Di saring dan ditentukan KKKnya
@ Ditambahkan bahan pemekat/pengental atau creaming agent.  Bahan pemekat yang sering digunakan adalah Amonium alginat dengan dosis 60 ml larutan alginat 1 % per liter Lateks
@ Dilakukan pengadukan secara merata dan perlu ditambahkanlagi  gas amonia dengan dosis 7 – 10 gr gas amonia / ltr creamed lateks.
@ Pengukuran kadar karet kering creamed lateks sebelum dikirim.
·         Pembuatan  Centrifuged Latex
@ Getah yang sudah disadap dibawa dibawa ke tempat pengolahan dan ditambahkan gas amonia sebanyak 2 – 3 gr gas amonia untuk setiap liter latex
@ Dilakukan penyaringan dan dikumpulkan dalam tangki atau bejana dan diukur volume serta kadar keringnya.  Kadar amonia diukur dengan titrasi memakai asam klorida
@ Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar kotoran-kotoran dan magnesium amonium fosfat mengendap.
@ Lateks dapat dimasukkan kedalam alat pemusing antara lain Separator Aktiebolaget, Westphalia dan Titania.
@ Kadar karet kering yang diinginkan untuk hasil lateks pusingan adalah 60% - 62%
@ Lateks yang pekat dari hasil lateks pusingan diambil dan dikumpulkan pada tempat tersendiri.  Penambahan gas amonia memungkinkan lateks pekat tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Pengolahan Lateks
            Gambar : Pengolahan Lateks Pekat.
Dalam melakukan pengolahan lateks pekat, diupayakan sedapat mungkin untuk mendekati persyaratan dan standar mutu yang ada.  Standar mutu lateks pekat menurut  ISO 2004 adalah sebagaimana dalam tabel berikut ini :
Table 3 bahan-bahan yang terkandung dalam lateks
Standar Latek Pekat



















BAB V
KESIMPULAN
Lateks merupakan cair spt susu yg dihasilkan oleh pohon karet mengandung protein dan karbohidrat bahan ini biasanya di gunakan sebagi bahan dasar dalam pembuatan ban, karet gelang, karet bayi, power balance serta industri pengolahan karet.
Factor yang mempengaruhi kualitas karet:
·         Factor dari kebun (jenis klon, system sadap, kebersihan pohon, dll.
·         Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau kaedaan lateks tidak stabil/
·         Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengankutan (yang baik bahan terbuat dari baja tahan karat)
·         Pengangkutan (guncangan, keadaan tangki, jarak tempuh jangka waktu)
·         Kualitas air dalam pengolahan
·         Bahan-bahan kimia yang digunkan
·         Komposisi lateks

Kendala yang di hadapi serta solusinya
Kualitas karet yang di terima kurang baik, alat yang  atau di gunakan sangat sederhana, minimnya hasil lateks pertahun, namaun masalah ini ada lusinya yaitu dengan selalu memberiakn monitoring pada para penyadap lateks serta alat yang di gunakan benar-benar alat yang sesuai fungsinya serta dalam pengolahn harus memperhatikan setiap proses pembuatan dengan baik agar tidak ada keslahan sedikit atau sekecil apapun.






Lampiran
                              




Lampiran

Contoh : Cara Pembuatan Sarung tangan Karet dari Lateks Alam Iradiasi
1. Aduklah lateks alam iradiasi atau bahan penggumpal pelan-
pelan sebelum proses pencelupan

2. Celupkan cetakan sarung tangan dalam bahan penggumpal, 
selama   15   detik,   angkat   dan   balikkan   cetakan   tersebut,
kemudian   celupkan   lagi   ke   dalam   lateks   alam   iradiasi
balikan dan ulangi dicelupkan ke dalam latek alam iradiasi.

3. Kemudian letakkan cetakan lateks alam iradiasi tersebut di 
lantai dan biarkan hingga kering sendiri.

4. Setelah kering dilepaskan sarung tangan dari cetakan.

5. Rendam sarung tangan tersebut ke dalam air bersih 17 jam, 
atau direbus selama 1 jam, kemudian cucilah sampai bersih.

6. Jemur  sarung  tangan sampai kering  dan kemaslah  dalam 
kantung plastik, selanjutnya siap dipasarkan